heyhooo, ini adalah another before mid-term post, dimana kali ini yang akan gue bahas adalah tentang korupsi, jadi semester ini gw pun wajib untuk mengambil mata kuliah yang judulnya "Tindak Pidana Korupsi", dan menurut dosen saya yang sudah terkenal dimana-mana Bapak Ganjar Laksmana Bonaprapta, kita tidak diperbolehkan nulis di kertas ujian dengan kata-kata tipikor tapi harus tindak pidana korupsi atau TP Korupsi mungkin masih dimaafkan karena menurut beliau tipikor bukanlah akronim yang baku.
Salah satu buku acuan buat mata kuliah ini adalah buku Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, karangan Bapak Andi Hamzah yang pastinya sejagat raya ini udah kenal beliau kalo suka nonton berita atau belajar hukum, tapi gw baca bukunya pusing, bukan karena bukunya jelek tentu saja karena otak saya yang tak seberapa ini yang tak sampai untuk mencerna kata demi kata yang terjalin dalam buku tersebut padahal sebenernya sih males cuma kebanyakan alesan.
Matkul ini seru loh ga bohong, terutama karena Bang Ganjar kalo ngajar sambil ngelawak, sampe-sampe kelas sebelah yang berisi anak-anak PK V (HAN-HTN) yang lagi belajar Penatagunaan Tanah iri dan dengki dan pengen pindah ke kelas sebelahnya, tetapi tentu saja karena mereka sudah kepaksa cinta mati sama agraria jadi mereka cuma bisa protes aja setelahnya kenapa kelas TP Korupsi selalu heboh.
Baiklah introductionnya udah kepanjangan, jadi mari kita mulai, btw postingan ini sepertinya bakal panjang banget, kalo mau lanjut baca silahkan kalo gamau baca ga ada yang nyuruh baca juga sih.... dan seperti biasa jangan dicopas atau dijadiin referensi sesuatu ya apapun yang gue tulis disini, be-coz gw ga bertanggung jawab atas segala kesalahan dan kesesatan yang mungkin dapat kalian alami, aku hanyalah manusia biasa yang sarjana aja belum, jadi kalo mau ngutip kata2 gue tunggu aja nanti pas gue udah jadi guru besar yang sering nongol di tipi terus bukunya banyak terus kalo dipanggil jadi saksi ahli ke pengadilan bayarannya gede, *ngelantur tiada usai*.
Delik korupsi itu sebenernya udah diatur dari jaman KUHP dahulu kala, kalo mengutip kata2nya dosen2 saya sih Belande itu udah tau kalo orang Indonesia brengski, makanya dibikinlah aturan tersebut, lalu Indonesia pun bikinlah UU tentang Pemberantasan TP Korupsi, pertama-tama ada UU No. 3/1971 lalu diganti dengan UU No. 3/1999 dan diubah2 dikit UU No. 20/2001. Dalam UU-UU buatan Indonesia ini, ada delik yang diciptain sendiri ama pembuat UU, ada juga delik yang ditarik secara mutlak dari KUHP (contoh: Pasal 2019, 210, 387 KUHP) dan deik yang ditarik tidak secara mutlak dari KUHP (Pasal 220, 231, 421 KUHP).
Baiklah mari kita masuk dengan membahas unsur demi unsur, TP Korupsi dirumuskan dalam Pasal 2 UU 31/1999 jo UU 20/2001 sebagai berikut:
Pasal 2
(1)- setiap orang
- melawan hukum
- melakukan perbuatan
- memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi
- yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara
(2) Dalam hal dilakukan dalam keadaan tertentu,
Setiap orang berarti bisa siapa saja, baik pribadi kodrati alias manusia sampai korporasi yang jelas selama bisa bertanggung jawab secara pidana. melawan hukum bisa secara formil atau materil, dan melakukan perbuatan ya melakukan sesuatu perbuatan or tindakan. Nah ini nih yang rada2 sensi sekaligus intisari dari pasal ini, memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi, kalo menurut KBBI sih memperkaya itu menambah kekayaan, tetapi ada gitu loh putusan hakim yang ngebebasin terdakwa korupsi dengan alasan duit 2M yang dia tilep ga menambah kekayaan soalnya aslinya emang udah kaya jadi 2M ga ada artinya, baiklah gw persilahkan kalian mengumpat2 dulu. Padahal mah yang namanya nambahin setetes air ke kolam renang juga judulmya menambah, walaupun ga meaning karena air kolamnya udah banyak tapikan tetep aja nambah ye gak? siapa yang setuju sama gue?. yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, which means kerugian negara bukan syarat, negara ga harus udah rugi, tapi kalo perbuatannya menjurus akan merugikan pun itu udah termasuk. Karena korupsi itu masuknya delik formil sodara sodari. Penjelasan mengenai kekayaan dan keuangan negara udah ada di UU 31/1999 monggo dibaca dan dihayati sendiri.
Lanjut ke Pasal 3 nya
-Setiap orang
-dengan tujuan
--> berarti harus banget sengaja, gaboleh lalai
-menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau korporasi
-menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana
--> berarti emang si orang tersebut adalah pemangku kewenangan, kesempatan, atau sarana tersebut, gak bisa sembarangan orang, harus yang emang punya kewenangan, kesempatan, atau sarana
-yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan
--> penyalahgunaan kewenangan karena jabatan atau kedudukan; Penyalahgunaan kesempatan karena jabatan atau kedudukan; dan Penyalahgunaan sarana karena jabatan atau kedudukan.
-yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara
biar gampang kasih contohnya kali ya:
1. kasus Tubagus Chairi Wardana alias Wawan, ia memiliki jabatan di Banten dan ia memiliki kewenangan buat nentuin proyek ini itu, kalo katanya Bang Ganjar sih di meja kerjanya ditemuin rekap proyekyang mana disitu tertulis harusnya pembangunan jembatan A make baut X tapi diganti sama baut Y yang lebih murah dan ya begitulah, tapi udah nangkep kan maksudnya?
2. contoh kecil aja yg gasampe ngaruhin negara, misalnya seorang pekerja tata usaha yang kerjanya nginput nilai ke siak, dia nawarin ke mahasiswa mau gak nilainya bagus nanti dia ganti tapi dengan syarat harus bayar sekian sekian, nah itu termasuk yang karena kesempatan dan kedudukan.
3. contoh yg menyalahgunakan sarana yang ada padanya mungkin paling gampang, dikasih mobil dinas tapi dipake buat hura-hura bukan cuma buat urusan kerjaan.
Let's move to Pasal 13
-Setiap orang
-yang memberi hadiah atau janji
-kepada pegawai negeri
-dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya; atau
-oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut.
Jadi normalnya hadiah itu diberikan kalo ada sesuatu event tertentu, misalnya ulang tahun atau naik kelas, jadi sebelom ada hadiah harus ada prasyarat pendahuluannya, dan janji dalam pasal ini termasuk kepada janjian, jadi janjian buat main ping pong ama pegawai negeri juga hati2 tuh, bisa masuk ke dalam pasal ini, pun yang dimaksud sama pembuat undang-undang adalah yang menjanjikan hadiah. Pegawai Negeri bisa dipahami sebagai :
- pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam UU tentang kepegawaian,
- pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam KUHP --> psst penjaga pintu air masuk loh
- orang yang menerima gaji/upah dari keuangan negara/daerah,
- orang yang menerima gaji/upah dari suatu korporasi yang menerima bantuan dari keuangan negara/daerah
- orang yang mempergunakan modal atau fasilitas dari negara/masyarakat
dan syarat lainnya disini adalah si pemberi hadiah atau janji ini tau tentang statusnya si pegawai negeri dan kapasitasnya sebagai pegawai negeri, alias ada udang dibalik tempe, kalo misalnya dia gatau sih jadi misalnya cuma mau modus2 aja gitu sih selaw...
Pasal 15
-Setiap orang
-Yang melakukan: percobaan, atau pembantuan, atau permufakatan jahat
-Untuk melakukan tindak pidana korupsi
-Dipidana sama dengan… (TP Korupsinya)
Nah, kalo niat baik aja udah dapet pahala, niat2 mau korupsi juga udah dapet pidana, jadi moral yang bisa diambil adalah mending korupsi aja sekalian jangan berani2 korupsi ataupun niat korupsi atau ngebantuin yg korupsi atau deket2 ama korupsi lah intinya.
Sekarang kita naik lagi ke atas ke pasal 5 --> adopsian dari pasal 209 KUHP
Pasal 5 ayat (1) huruf a:
-Setiap orang
-memberi atau menjanjikan sesuatu
-kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
--> pegawai negerinya udah tau kan siapa2 aja, nah kalo Penyelenggara Negara Menurut UU No. 28 Tahun 1999, Penyelenggara Negara, meliputi: Pejabat Negara pada Lembaga Tertinggi Negara, Pejabat Negara pada Lembaga Tinggi Negara, Menteri, Gubernur, Hakim, Pejabat Negara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan Pejabat lain yang memiliki fungsi strategis dalam kaitannya dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku
-dengan maksud
-supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya
-yang bertentangan dengan kewajibannya
Pasal 5 ayat (1) huruf b:
-Setiap orang
-memberi sesuatu
-kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
-karena atau berhubungan dengan sesuatu
-yang bertentangan dengan kewajiban
-dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya
yah udah tau lah ya kira2, jadi nyuap gitu loh maksudnya, kalo menurut Bang Ganjar, setiap pemberian itu cuma ada 2 kemungkinan, kalo gak ikhlas ya berarti suap.
Pasal2 yang gw bahas disini yang highlight2nya aja ya, selebihnya bisa dibaca sendiri d UU yang bisa didonlot gratisan wkwk, ibarat kata tulang pipi, jidat, tulang idung ama dagu lah ini *dikira make up*.
Pasal 8:
-Pegawai negeri atau orang lain selain pegawai negeri
-yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum
-secara terus menerus atau untuk sementara waktu
-sengaja:
•menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya; atau
•Membiarkan uang atau surat berharga itu
•diambil atau digelapkan oleh orang lain; atau
•membantu dalam melakukan perbuatan (mengambil atau menggelapkan uang atau surat berharga) tersebut.
Pasal 11 --> temennya pasal 13, kalo yang itu pasal buat yang ngasih nah ini buat yang nerima, jadi yang nerima jangan seneng dulu anda tidak bebas begitu saja hohoho
-Pegawai negeri atau penyelenggara negara
-menerima hadiah atau menerima janji
-diketahui atau patut diduga
-hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya”
Pasal 12 huruf a --> temennya pasal 5, idem kaya atas, kalau ada yang memberi tentu ada yang menerima dong yaa, kecuali kalo pemberinya bertepuk sebalah tangan
-pegawai negeri atau penyelenggara negara
-Yang menerima hadiah atau janji
-Padahal diketahui atau patut diduga
-Hadiah atau janji itu diberikan untuk menggerakkan
-Agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya
-Yang bertentangan dengan kewajibannya.
Pasal 12 huruf b
-Pegawai negeri atau penyelenggara negara
-Yang menerima hadiah
-Padahal diketahui atau patut diduga
-Diberikan sebagai akibat atau disebabkan
-Telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya
Yang bertentangan dengan kewajibannya
Pasal 12B ayat (1):
-Setiap gratifikasi
-Kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
-Dianggap pemberian suap
-Apabila berhubungan dengan jabatan
Dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya
Ngomong2 gratifikasi, apasih gratifikasi itu? gratifikasi sebenernya adalah pemberian yang bisa berbentuk apa aja dan sebenernya gapapa, boleh2 aja, tetapiiii.... ketika memenuhi unsur pasal ini baru deh gaboleh. Logikanya, penyelenggara negara sebagai pejabat publik dan udah digaji sama negara, gak pantes buat nerima atau minta apa2 lagi dari masyarakat yang seharusnya mereka layani.
Gratifikasi bisa aja dianggap bukan suap asal dilaporkan kepada KPK max 30 hari setelah si pejabat itu mendapatkan si pemberian tersebut. Saking takutnya kena kasus suap, di KPK kalo kata dosen gw, bertumpuk2 itu barang2, bahkan ada buah2an yang ampe busuk segala ckckck.
Ini makin lama makin ga rapih ya margin postingan blog gue, karena makin lama gue makin mager ngetik jadi copasan semua dari slide, however UU PTPK di Indonesia masih banyak ambigu dan ga sreg sana sini, tapi kita doakan saja semoga UU ini bisa ditegakkan dan korupsi dihapuskan dari negeri kita tercinta dan semoga besok gue ujiannya lancar, nilainya bagus terus bisa jadi pengacara koruptor pemberantas korupsi di Indonesia.
Gw sakit perut nih gara2 makan ayam penyet pedes banget tadi siang, demikian sekilas info.
0 komentar:
Posting Komentar